Berikut
adalah Laporan saya mengenai Manajemen Tabligh seorang Mubaligh di daerah
Gresik
Berikut ini laporan yang saya dapatkan
dari hasil wawancara dengan salah seorang mubaligh di daerah saya beberapa hari
lalu. Nama lengkapnya ialah H. Imam Hanafi, namun beliau lebih akrab dengan
sapaan Abah Napi. Saat ini beliau menjabat sebagai Ketua Majelis Ulama
Indonesia (MUI) Kecamatan Menganti dan Rois syuriah MWC NU Kec. Menganti. Jadi Abah
Napi ini sering menghadiri agenda-agenda rapat di tingkat kecamatan maupun
kabupaten.
Abah
Napi kerapkali diundang untuk mengisi ceramah-ceramah di acara Walimatul Urusy,
acara Ke-NU-an, mengisi Khutbah, atau berbagai peringatan hari besar Islam.
Sebelum melaksanakan dakwahnya, ada persiapan yang dilakukan oleh beliau.
Diantaranya yaitu menyiapkan materi yang akan disampaikan kepada mad’u. Jadi materinya
harus disesuaikan dengan tema pada acara tersebuut. Semisal peringatan acara
isra mi’raj maka materi dakwahnya harus tentang isra’ mi’raj. Selain itu sebagai
seorang penda’i juga harus tahu siapa yang akan dia hadapi. Kalau mad’u nya
anak-anak, maka penyampaian materi dakwah harus disesuaikan dengan mereka.
Semisal dengan cara dikisahkan dengan cerita nabi atau cerita apapun yang
sekiranya mudah dipahami oleh anak kecil. Begitupun dengan orang-orang dewasa
atau org tua, harus sesuai dengan mereka. Sebelum berdakwah, Abah Napi biasanya
banyak membaca buku-buku. Baik buku pengetahuan, atau buku apapun yg
sifatnya sebagai penunjang untuk bisa melengkapi
isi dari ceramah yang akan disampaikan.
Jadi
yang paling penting pertama kali yang harus disiapkan adalah materi. Hal kedua
yaitu catatan yang berisi poin-poin penting, agar tidak melantur atau melebar
dari pembahasan yang akan disampaikan ketika ceramah, biasanya ditulis di kertas
kecil. Agar poin-poin intinya mampu tersampaikan dan difahami oleh mad’u.
Mengenai
pengorganisasian, Abah Napi ini memang melaksanakan dakwahnya secara personal.
Tidak ada tim khusus yang menemaninya ketika berdakwah, hanya saja sebelum
berdakwah Abah Napi memang selalu mengubungi pihak panitia atau penyelenggara
untuk berkoordinasi mengenai acara yang akan diagendakan. Itulah yang harus
dilakukan oleh penda’I untuk mengetahui siapa yang kan dihadapi dan menyiapkan
materi yang sesuai dengn tema acara. Jadi agar tetap sesuai dengan harapan
sohibul hajah.
Ketika
berdakwah, Abah Napi tidak pernah memikirkan mengenai biayanya. Berangkatnya
memang menggunakan uang pribadi, karena memang kebetulan tidak jauh dari empat
tinggalnya dan masih mudah untuk ditempuh baik kendaraan pribadi maupun umum.
Baginya yang paling penting itu bagaimana agar bisa berceramah dan dapat
diterima oleh masyarakat. Mengenai imbalan yang ada, itu merupakan bonus saja.
“Kalau dikasih ya Alhamdulillah, kalau
tidak ya tidak apa-apa,”Tuturnya dengan sedikit senyum di bibirnya.
Mengenai
materi yang disampaikan, biasanya Abah Napi memperolehnya dari buku-buku
ceramah, kitab-kitab, berita tv, seminar-seminar yang diikutinya, atau bisa
juga dari pengajian yang beliau hadiri. Karena memang biasanya beliau suka
mencatat hal-hal penting yang ia dapat dari beberapa agenda yang beliau ikuti.
Itu semua sangat bermanfaat untuk memperkaya materi, dan sangat membantu ketika
penyampaian ceramah.
Mungkin
tiap penda’i memiliki cara yang berbeda-beda ketika berdakwah, ada yang dengan
menggunakan pantun, wayang, atau berbagai macam atribut khusus lainnya. Namun Abah
Napi sendiri biasanya berusaha membuat situasi agar tidak terlalu kaku saat
berdakwah. Salah satunya yakni dengan membuat guyonan, dengan celetuk-celetuk ringan dan candaan yang lucu. Agar mustamik tidak mudah bosan, kalau teralu
kaku ditakutkan nantinya mereka malah mudah bosan dan mengantuk. Jadi seorang
penda’I harus mengenali mad’unya, masuk ke dalam dunia mereka dan bahkan berusaha
menjadi mereka. Memang awalnya akan sulit, tapi lama kelamaan akan bisa. Setiap
penda’i harus memiliki berbagai macam cara untuk mengetahui apa saja kesukaan,
kebiasaan mad’u hanya dalam waktu sekejap saja.
Untuk
mengetahui kondisi atau keadaan mad’u, maka caranya harus berkoordinasi dengan
panitia. Acaranya seperti apa,masyarakatnya seperti apa, hingga akhirnya kita
tahu siapa mereka dan dapat menyatu dengan mereka. Setelah kita faham, maka kita
bisa masuk ke jiwa mereka. Ketika kita sudah menyatu dengan mereka, maka insya allah
akan bisa masuk ke jiwa dan hati mereka. Karena sesuatu yang dimulai dari hati juga
insya allah akan bisa diterima di hati.
Menurut
saya secara umum dakwah yang dilakukan Abah Napi sudah sesuai apa yang ada di
manajemen tabligh, mengenai proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
serta pengontrolannya sudah ada. Di 6 M unsur manajemen juga telah beliau
laksanakan. Namun memang ada yang masih kurang maksimal di proses pengontrolan
dan evaluasinya. Abah Napi hanya menangkap respon mad’u pada saat itu juga.
Namun beliau tidak mencoba mencari tahu kembali bagaimana kondisi mad’u setelah
mendapat dakwah darinya. Jadi belum dapat diketahui apakah mad’u benar-benar
berubah atau tidak setelah mendapat ceramah dari Ustad H. Imam Hanafi tersebut.
PROFIL
MUBALIGH
Nama
lengkapnya adalah H. Imam Hanafi. Ustad yang lahir di Gresik pada tanggal 11 Maret
1953 ini bertempat tinggal di Dusun Biyodo Desa Beton Kecamatan Menganti,
Kabupeten Gresik. Pemilik nama sapaan Abah Napi ini memiliki tiga orang anak
yaitu Fuad hamdi, Ni’matul Firdausy, dan Firman Akbar Maulana. Beliau merupakan
alumni Pondok Pesantren (PP) Madrasah Islamiyah Salafiyah Roudlotul Muslimin (MISROUM)
Waung-Prambon-Nganjuk. Abah Napi ini pernah menjabat sebagai
1.Ketua
umum Lp Ma’arif NU Kortan Menganti periode 2000-2005
2.
Katib Syuriah MWC NU Menganti periode 2006-2011
3.
Ketua Tanfidziyah ranting Beton periode 2002-2006 dan 2008-2013
4.
Kepala TPQ Al Hikmah Dusun Biyodo Desa Beton tahun 1994-2004
5.
Ketua Ta’mir Masjid Baitus Shobirin Dusun Biyodo
6.
Kepala Madrasah Ibtidaiyah (MI) Roudlotus Sibyan Desa Beton Kec. Menganti
7.
Wakil Ketua KKMI Kec. Menganti th 1990-2012
Dan
saat ini menjabat sebagai : 1. Ketua MUI Kec. Menganti
2. Rois Syuriah MWC NU Kec. Menganti
Lampiran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar