Belajar dari nol pun tidak apa. Karena
Qosfada itu re-generasi, jadi tidak hanya mengandalkan yang bisa saja.
Melainkan yang tidak bisa juga. Sama-sama belajar, berproses bareng,” Ungkap Ahmad
Ulin Nasikh. Hal itulah yang diungkapkan Ketua Qosfada yang berharap agar tetap
belajar dan berproses bareng di Qosfada.
Lantunan
sholawat nabi terdengar menggema di setiap hari kamis malam. Dari sholawat satu
ke sholawat yang lain, dengan iringan musik banjari yang begitu menyatu dengan
irama. Itulah Qosidah Fakultas Dakwah (Qosfada) “Syifaul Qulub”. Salah satu
Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) yang
bergelut di bidang keagamaan. Lebih khususnya bergerak dalam bidang
pengembangan bakat dan minat. Seperti Master
of Ceremonies (MC), naghom atau yang biasa disebut qiro’ah, musik al-banjari,dan
juga qosidah rebana.
Salah satu UKM FDK ini berdiri
pada tanggal 26 juni 1987 di kantor Senat Mahasiswa (SEMA) dengan ketua
pertamanya yakni saudari Ulin. Setelah kepemimpinan saudari Ulin inilah,
Qosfada mengalami distorsi selama kurang lebih dua tahun. Pada saat itu Qosfada
tertidur. Qosfada lahir kembali pada tahun 1993. Yang pada waktu itu saudari
Faiqotul Hikmah dan kawan-kawan dengan dibantu oleh bapak Amin Lubis, bersemangat
menghidupkan kembali Qosfada. Pada tahun 1993-1995 Qosfada dipimpin oleh Anik.
Dilanjutkan
pada tahun 1996-1998, Qosfada dipimpin oleh Hayinah. Namun setelah kepemimpinannya,
Qosfada mengalami distorsi lagi selama dua tahun. Pada saat itu Qosfada kembali
tertidur. Setelah Qosfada vacuum selama beberapa tahun, Qosfada akhirnya
bangkit lagi dan semakin berkembang pada tahun 2001-2003, Qosfada dibangkitkan
oleh Abu dan kawan-kawannya mas Dipo, mas Gepeng, mbak Fajar, dan mbak Yanti.
Kemudian
pada tahun 2004-2005 Qosfada mengalami perkembangan yang begitu pesat dibawah
pimpinan Syaiful. UKM yg awalnya hanya bergerak di bidang qosidah rebana saat
itu bertambah di bidang al banjari, sehingga Qosfada menambahkan namanya mnjadi
“Syifaul Qulub”. Seperti itulah jatuh bangun Qosfada sejak awal berdirinya
hingga mampu bertahan seperti saat ini.
Namun
karena di Qosfada juga sebagai wadah belajar, maka sudah seharusnya Qosfada
tetap dilanjutkan. Seperti yang diungkapkan Ahmad Ulin Nasikh selaku ketua periode di tahun ini mengungkapkan bahwa
di Qosfada itu tidak melihat dari kepandaian dan bakat yang dimiliki. Yang
belum bisa sama sekali pun tetap diajari sampai bisa. “Belajar dari nol pun
tidak apa. Karena Qosfada itu re-generasi, jadi tidak hanya mengandalkan yang
bisa saja. Melainkan yang tidak bisa juga. Sama-sama belajar, berproses
bareng,” Ungkap pria berbaju batik ini.
Namun dibalik carut marutnya
revolusi zaman yang dialami Qosfada, dibaliknya tak sedikit pula prestasi yang telah
dipersembahkan oleh Qosfada ini. Diantara beberapa pencapaian yang telah diraih
yakni masuk 10 besar rebana di Royal Plaza, Surabaya, Juara Harapan II
Festival Rebana Se-JATIM di Paduan Suara IAIN Sunan ampel Surabaya, Juara Harapan
II dan III pada festival rebana Se- JATIM di Masjid Al- Akbar Surabaya, Juara Harapan I
Festival Al-Banjari Se- JATIM di PP Al-
Jihad Surabaya, Juara Harapan II Festival Al-Banjari Se – JATIM di ITS Surabaya, Juara Harapan I Festival Al-Banjari Se – JATIM di ITS Surabaya, dan yang terakhir yakni menjuarai rebana harapan
II yang diadakan oleh Paduan suara
UINSA se-Jawa Timur.
Sebelum mengikuti berbagai macam festival dan lomba, persiapan persiapan
yang dilakukan diantaranya menambah jadwal latihan. Yang sebelumnya hanya latihan
seminggu sekali, menjadi seminggu tiga kali, atau bahkan setiap hari jika
menjelang mendekati hari-H. Latihannya pun dengan mendatangkan pelatih dari
luar. Untuk pelatih vocal saja mendatangkan dari SMK 16, Surabaya yang dulunya
juga merupakan alumni UIN Sunan Ampel (UINSA) Surabaya, bagian dari alumni
Qosfada juga. Ada juga dari salah satu dosen FDK yang bernama Latifah, yang
biasanya melatih MC. Seperti yang diungkapkan Ulin bahwa dari para senior
domisioner, angkatan 2012 pun juga ikut melatih banjarinya. “Sebelum lomba, kalau
yang diikuti lomba banjari ya lebih belajar tabuhan, ketukan dan iramanya
sebagai persiapan, yang kebetulan bulan depan ini akan mengikuti lomba yang
diadakan di Universitas Bhayangkara (UBHARA) dan IQMA UINSA” Ujarnya.
Menurut Ulin juga berharap agar ke depannya, para anggota Qosfada tetap
konsisten juga dalam berorganisasi. Karena memang selain untuk mengembangkan
bakat dan minat mahasiswa, di Qosfada ini juga untuk melatih keorganisasian.
“Jadi, disini agar tidak hanya pandai dalam bakat yang dimilikinya saja,
melainkan dalam keorganisasiannya juga,” Ungkapnya dengan gitar di tangannya
saat ditemui kru New News.
Pria yang memiliki kota asal Surabaya ini juga
menambahkan bahwa pada awalnya memilih Qosfada karena apa yang ada di Qosfada
itu orientasinya ke masyarakat. Setidaknya di setiap awal atau pada pembukaan
acara, pasti diawali dengan pembacaan sholawat atau banjari, dan naghom. Yang
tentunya membutuhkan MC juga. Semua itu pasti dibutuhkan dalam setiap acara.
“Motivasi saya sich pengen jadi
orang, dalam artian bisa berguna di masyarakat. Apa yang saya ikuti dan saya
dapat di Qosfada itu pasti kanggo (berguna.red)”
Pungkasnya dengan sedikit logat jawa sambil menghisap rokok yang sedari tadi
hanya dipegangnya saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar