Ara kembali
termenung pagi itu. Dia pun memilih tempat duduk di pojok belakang kelas. Sepertinya
ada suatu hal yang tengah menganggu fikirannya. Hingga secara tiba-tiba dia
merasa mood-nya sangat tidak baik. Fikirannya pun berkelana, entah kemana. Meski
dari luar ia terlihat fokus, tapi dalam benaknya tersimpan banyak fikiran yang
melayang.
Satu hal yang
terpecahkan oleh Ara. Dia berhasil mengetahui apa yang membuat mood-nya
tiba-tiba berubah selama beberapa hari terakhir. Ternyata dia kedatangan tamu
bulanan khasnya. “Jadi mungkin kemarin-kemarin adalah masa PMS, makanya kok aku
ngerasa emosiku lebih tinggi dan tidak stabil,” Gumamnya dalam hati.
Apalagi pagi itu
Ara lebih dibuat emosi oleh seorang teman perempuannya saat bertemu di Lobby
Fakultasnya.
“Ka, jangan lupa bawa tugas hari ini ya,”Kata Ara.
“Ha..? Tugas apa? Bukannya hari ini kamu janji nganterin aku ke Royal
Plaza?” Balas Ika dengan nada tak merasa bersalah.
Tanpa banyak
bicara, Ara pun meninggalkan Ika yang masih terpaku dengan pertanyaannya. Dia udah
nggak bersemangat menjawab pertanyaan temannya tersebut.
“Hmmm.... terserah deh, waktunya ngumpulin tugas dilupain, malah minta
aneh-aneh. Makanya punya otak tuh di Manajemen. Biar bisa ngatur mana tugas,
mana prioritas atau yang lain, pacaran mulu sich,” Gerutu Ara mencaci maki
dalam hati.
Ara merasa berada
di titik emosi yang paling tinggi. Ara pun memilih meninggalkan temannya dan
langsung menuju ke kos temannya yang lain. dia ingin mencari suasana yang
berbeda dari sebelumnya. Satu hal lain, Ara ingin mengembalikan mood-nya yang
telah benar-benar rusak sejak pagi itu.
Dia tak ingin
orang-orang di sekitarnya menjadi korban pelampiasan amarahnya. Dia berusaha
mengendalikan emosi yang semakin menjadi. Karena satu hal penting dalam hidup
Ara yaitu “Kedewasaan seseorang terlihat dari manajemen emosi yang dia miliki”.
Hal itulah yang menjadi motivasi untuk Ara dalam mengambil langkah yang harus
ia tempuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar