Jumat, 21 Mei 2021

Ngapain harus maaf-maafan pas Idul Fitri? Membuang Waktu saja !!!


Pasti dari kalian dan kita semua melakukan itu kan setiap tahun? 

Iya, setiap tahun setelah menjalankan puasa di bulan Ramadhan, dan setelah selesai shola tied pasti kita saling unjung kepada para tetangga, dan sanak family untuk saling meminta maaf dan saling memaafkan. Tapi, kalian tahu nggak sih mengapa harus seperti itu? Mengapa harus saling bermaafan di hari raya idul fitri? Mengapa meminta maaf harus menunggu lebaran? Lalu kalau tidak minta maaf atau memafkan orang lain bagaimana? Berdosa kah? Di zaman Rasulullah aja nggak ada kayak gitu?

La… hayo…

Jadi gini, saling bermaaf-maafan saat lebaran itu memang bukan merupakan suatu kewajiban, juga tidak dilarang, melainkan boleh untuk dilakukan (mubah).  mengingat momen tersebut merupakan saat dimana umat muslim merayakan kemenangan atas selesainya melaksanakan ibadah puasa selama sebulan penuh. Jika diartikan kata id yang berasal dari akar kata aada-yauudu yang artinya kembali sedangkan fitri bisa diartikan buka puasa untuk makan dan bisa berarti suci. Dari sini makna idul fitri berdasarkan uraian tersebut bisa disimpulkan bahwasanya Idul fitri bisa berarti kembalinya kita kepada keadaan suci, atau keterbatasan dari segala dosa dan noda sehingga berada dalam kesucian (fitrah). Bagi umat Islam yang telah lulus melaksanakan ibadah puasa di Bulan Ramadhan akan diampuni dosanya sehingga menjadi suci kembali seperti bayi yang baru dilahirkan dari kandungan ibunya. 

Karena itulah salah satu alasannya. Saat idul fitri yang mana kita semua berharap dosa kita dihapuskan oleh Allah dan bisa kembali suci itu jika kita juga tidak memiliki dosa atau kesalahan dengan sesame manusia. Ibaratkan selama bulan Ramadhan kita memperbaiki semua kesalahan dan memohon maaf kepada Allah SWT, memperbaiki hablum minallah kita. Dan disaat idul fitri inilah saatnya kita memperbaiki kesalahan dan saling bermaafan dengan sesame manusia, memperbaiki hablum minannas kita. 

Adanya saling bermaafan atau yang biasanya dikenal dengan istilah halal bihalal ini memang bukan perintah Allah dan Rasulullah, melainkan ini adalah tradisi yang ada di nusantara kita. Adapun dikutip dari salah satu sejarah bahwasanya acara halal bihalal ini adanya sejak abad ke-18 di Nusantara. Bermula dari pisowanan yang dilakukan di Istana Mangkunegara, Surakarta. Tradisi ini sejak era pendiri salah satu kerajaan pecahan Dinasti Mataram ini, yakni Raden Mas Said atau KGPA Arya Mangkunegara I (1757-1795 M) alias pangeran Sambernyawa. 

Kala itu Mangkunegara I mengumpulkan keluarga dan kerabat kerajaan, para abdi ndalem, hingga para prajurit. Setelah merayakan idul fitri, dilangsungkanlah acara sungkeman untuk menunjukkan hormat dan meminta maaf atas kesalahan yang telah dilakukan baik itu disengaja maupun tidak. Dari itulah ahli linguistic Belanda, Theodoor Gautier Thomas Pigeaudd, mencatat kegiatan ini dalam Kamus Jawa-Belanda (1938) dengan istilah “alal behalal” yang artinya acara maaf-maafan ketika hari raya.

Tahun 1924, majalah Soeara Moehammadijah kala itu juga menuliskan tentang halal bihalal. Saat itu penyebutannya adalah chalal bi chalal yang artinya kegiatan silaturrahim, memohon maaf antar umat Islam seusai lebaran. 

Istilah halal bihalal kemudian dipopulerkan juga oleh salah satu pendiri NU, KH Wahab Hasbullah pada tahun 1948. Diceritakan bahwa Presiden Soekarno memanggil KH Wahab Hasbullah ke istana Negara dan dimintai pendapatnya untuk mengatasi kerenggangan para pejabat politik pada masa itu. Menjawab pertanyaan Bung Karno, KH Wahab Hasbullah mengusulkan untuk diadakan acara silaturrahim yang mana pada saat itu menjelang Hari Raya Idul Fitri 1367 H, maka beliau mengusulkan untuk mengadakan acara halal bihalal.

“para elit politik tidak mau bersatu, itu karena mereka saling menyalahkan. Saling menyalahkan itu kan dosa. Dosa itu haram. Jadi supaya mereka tidak punya dosa (haram) maka harus dihalalkan” kata Kyai Wahab.

“mereka harus duduk dalam satu meja untuk saling memaafkan, saling menghalalkan, sehingga silaturrahim nanti kita pakai istilah halal bihalal”lanjutnya

Berkat usulan KH Wahab Hasbullah, acara halal bihalal semakin popular dan terus diselenggarakan sampai sekarang. 

Selain itu dalam Islam kegiatan bersilaturrahim juga sangat dianjurkan, yang mana manfaatnya bisa memperpanjang umur, dilapangkan rezekinya, diampuni dosanya, dan mendapat rahmat dari Allah SWT. Oleh karena itulah maka adanya silaturrahim dan halal bihalal diperbolehkan di masa lebaran. Apalagi biasanya momen idul fitri adalah saat berkumpulnya keluarga dan sanak saudara, maka di saat itulah kita bisa memanfaatkannya untuk menyambung tali silaturrahim dengan saudara atau tetangga yang biasanya jauh dari kita.

Namun disini yang ingin saya bahas lebih lanjut memang bukan hukum bermaaf-maafannya ya, biarkan itu sudah dibahas oleh para ulama yang lebih mumpuni di bidangnya. Melainkan disini yang saya sayangkan ialah esensi dari maaf-maafan itu sendiri. Seperti yang telah tertulis pada judul di atas “ngapain harus maaf-maafan waktu lebaran? Membuang waktu saja!”

Iya kata maaf-maafan disini yang saya maksud lebih dalam arti main-mainan. Seperti halnya kata masak-masakan (main masak bohongan kan), kuda-kudaan (mainan kuda kudaan bohongan kan), ya begitu juga dengan kata “maaf-maafan” terkesan hanya maaf mainan bukan sungguhan.

Karena mungkin banyak kita temui ungkapan kalimat ini dimana-mana. “minal aidzin wal faidin ya mohon maaf lahir dan batin”. Padahal arti minal aidzin wal faidzin itu bukan mohon maaf lahir dan batin (kalau ngga percaya, cari aja sendiri arti sesungguhnya apa. Wkwkwkwk :D). la dengan mudahnya gitu kita ngucap kesana kemari maaf lahir batin ya, minal aidzin ya.. ya kayak asal jeplak gitu aja. Alias “abang-abang lambe nek jare wong Jowo”. La seperti itu mau maafinnya gimana, wong minta maaf tanpa merasa bersalah kok. Malah ada yang asal teriak “He yu, sepurane yo nek duwe salah (bacanya dengan nada manggil tukang sayur wkwkwk :D).

Akhirnya bener kan, daripada Cuma maaf-maafan ya malah membuang waktu. Mending dimanfaatkan sebaik-baiknya. Digunakan momen ini sebagai evaluasi dan introspeksi diri, yang khusyuk dikit napa minta maapnya :D. minta maafnya yang tulus, dari hati terdalam. Jangan baru aja salaman sama-sama maafin, eh noleh ke belakang udah sambil senam tuh mulut, mletat mletot. Wkwkwkwk :D.


Selain itu, momen lebaran ini bisa dimanfaatin buat silaturrahim. Karena kalau silaturrahim pas lebaran itu, rasa “sungkan” dan “malu” itu agak berkurang, meski ke orang yang ga akrab atau lama ga ketemu sekali pun. Kalau momen lebaran itu rasanya kayak serba hangat dan dekaat gitu, makanya yang biasanya hanya menjadi viewers story, saudara jarang ketemu, teman lama tak jumpa kalau momen lebaran gini mah silahkan dipererat semuanya. menjalin silaturahim yang mungkin sebelumnya agak renggang.


Jadi gitu gengs,

Sampai disini dulu ya silaturrahim tulisanku dengan kalian para pembaca. Ohya, sekalian juga penulis disini memohon maaf baik yang kenal di dunia nyata maupun maya.. maapin ya jika ada kata atau bacot atau jingkrak jingkrakku yang mungkin ngeselin kalian. :D MAAPIN LAHIR BATIN, JANGAN HANYA MAAP DI BIBIR EH NGOCEH DI DALAM BATIN. Wkwkwkwk canda ngoceh :D

Semoga bermanfaat, dan selamat bermaaf-maafan yang lebih serius ya..

Semoga kita sama-sama kembali ke fitrah dan menjadi manusia yang dirahmati Allah SWT,

Aamiin aamiin ya robbal alamin..

Kamis, 20 Mei 2021

Surat cintaku untuk kalian

 Hello blog..

Wkwkwkwk 

Santai dong, bacanya pake nada santai aja gausah ngegas.. (

Tuh sapaan buat kalian para mengunjung blog_nya aku.

Para blogger di manapun kalian berada (


Hai semua…

Bagaimana kabar hati dan diri hari ini? masih bersedih hati atau sudah merasa lebih baik lagi?

Lama banget ya rasanya tak bersua dengan rangkaian kata yang entah masihkah bermakna?

Itulah aku,

Mengaku pecinta aksara, namun nyatanya masih sering mengabaikannya. Ngakunya cinta eh malah ngilang. Ghosting juga nih aku berarti… wkwkwkwk :D 


Yauda gapapa dah..

Yang penting sekarang kita bersua lagi.

Emang ya, 

Suuusaaaaah banget tau yang namanya istiqomah. Memulai itu emang susah, tapi mempertahankan dengan istiqomah hingga berakhir dengan indah itu yang ga mudah.

Ya kayak tulisan ini contohnya..

Munculnya hanya di saat tertentu aja, pengennya sih muncul di setiap waktu. Tapi kadang mood sama idenya yang suka kabur mulu.


Tiba-tiba aja ngerasa kangen sama blog ini.

Sedikit cerita ya,

Blog ini tuh udahh lama banget dibuatnya. Mungkin sejak aku MTs deh kayaknya. Kalau ngga tahun 2011/2012 an deh. Itu zaman dimana sosmed belum kayak sekarang. Facebook aja masih beberapa yang punya. Apalagi kayak instagram, whatsapp, tiktok, tuh semua belum se hits sekarang. Email aja juga palingan hanya satu dua orang yang punya. Tapi senengnya aku, aku udah ngelahirin blog ini loh di masa itu. Dulu pas lahiran blog ini bingung juga mau diisi tulisan apa. Soalnya dari dulu emang suka banget nulis, sejak MI deh atau  bahkan sejak awal aku bisa nulis, itu aku udah mulai bikin puisi-puisi dan pantun. Ya akhirnya awal lahirnya blog ini pun kuiisi dengan puisi. Bisa di cek deh di postingan tahun 2012 kayaknya masih ada. Biar kalian tau, puisi jaman dulu tuh kek gimana. Belum hits firsa besari atau boy candra kayak sekarang. Jadi ya, masih ocehan alami gitu. Belum ala ala indie atau milenial sekarang. (

Terus ada juga postingan review film, proposal-proposal kuliah atau organisasi, ya banyak deh warna warni isi blogku ini. pengennya tuh bermanfaat buat pembaca, tapi ya gitu. Niatnya musiman deh, jadi isi postingannya juga musiman. Wkwkwk

Terus sejak pandemic kemarin, 

Ku manfaatin juga deh blog ini buat ngasih materi pembelajaran ke anak-anak didik aku di Madrasah Aliyah (MA) Darussalam. Ya daripada ga kepake yauda ku pake pembelajaran daring lah ya, jadi jangan kaget kalo kalian nemuin materi-materi anak SMA di blog ini.

Fyi,

Scroll aja ke postingan lama,

Pasti banyak quote atau puisi yang insya allah baper deh.

Wkwkwkwk :D

Oke deh,

Kurasa cukup sapaan untuk mengawali kembali…

Semoga deh ya,

Habis ini ocehanku melalui rangkaian kata ini bisa lanjut dan nemenin kalian lagi di waktu yang tepat…


Sincerely

@fath_azzahraa07