Kamis, 26 Mei 2016

detik ini

Apalagi..??
Salah lagi bukan,,
Terimakasih untuk waktunya...
Manja..?
Haruskah kata itu..
apa memang aku seperti itu..?

Mungkin jika aku boleh menyatakan, ada suatu hal dibalik manja itu,.
mungkin,
itulah naluri Seorang perempuan..
Seorang gadis kecil yang manja karena mencari sebuah perhatian, namun bukan pengemis perhatian...

 Maaf jika itu membuatku begitu salah di matamu

apa aku memang ditakdirkan untuk selalu sendiri.
apa aku tidak ditakdirkan merasakan sebuah cinta,

Sudah cukup cinta keluargaku hilang.

sahabat pun tak ada di sisi

Namun, apa aku tak pantas bersama seorang yang disebut kekasih hati...

Cukup...
Kau mampu membuatku meneteskan air mataku di malam yang kurasa begitu tenang sebelumnya..

aku ingin pergi....

Senin, 23 Mei 2016

Hilangnya Makna Aktivis





Peralihan jenjang pendidikan dari sma ke perguruan tinggi memiliki banyak sekali perbedaan-perbedaanya, termasuk jadwal aktivitas kesehariannya. Hal ini lah yang menjadi persoalan seperti halnya ketika di sma, jadwal merea sudah paten diberikan oleh guru/pihak akaemik, namun berbeda dengan jadwal kuliah mashasiswa yang dapat memilih jam nyasesuai dengan keperluannya sehinga mereka memiliki jeda waktu yang mereka inginkan. Karena banyak alternatif lain yang menjadi pilihan mahasiswa untuk mengisi kekosongan waktu tersebut. Ada yang lebih suka jalan-jalan atau nongkrong di mall-mall, ada yang lebih memilih pulang ke kos untuk memperpanjang waktu tidur, ada pula dari mereka yang memilih mengisi waktunya dengan mengikuti berbagai macam organisasi-organisasi kemahasiswaan.
Organisasi mahasiswa disini dapat diartikan sebagai sekumpulan mahasiswa yang membentuk sebuah kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Dimana setiap organisasi memiliki visi dan misi yang berbeda, dan terdapat aturan-aturan yang biasanya tertulis dalam Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) yang biasa disebut AD/ART. Organisasi kemahasiswaan terbagi menjadi dua, yakni organisasi intra dan organisasi ekstra kampus. Organisasi intra sendiri contohnya Senat Mahasiswa (SEMA) , Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), Himpunan Mahasiswa Prodi (HMP). Untuk organisasi ekstra semisal Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), dan berbagai macam organisasi-organisasi yang lainnya.
Banyak manfaat yang dapat diperoleh ketika mengikuti organisasi.  Karena Organisasi sebagai wadah untuk  berproses, dimana di dalamnya dapat ditemui banyak bentuk pelatihan, seperti pelatihan fungsi manajemen, Training, even, ataupun Leadership. Adapun ketika dihadapkan dalam suatu permasalahan, memimpin acara atau rapat, semua hal itu dapat dipelajari dalam organisasi.
Para mahasiswa yang aktif dalam organisasi tersebut lebih akrab  dipanggil sebagai aktivis. Aktivis sendiri seringkali diartikan sebagai mahasiswa yang gemar melakukan pergerakan, terutama gerakan turun ke jalan. Namun untuk arti aktivis sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah orang yang bekerja aktif mendorong pelaksanaan sesuatu atau berbagai kegiatan di organisasinya. Jadi sebenarnya aktivis itu identik dengan mereka yang berperan sebagai pendorong. Maka, ketika mahasiswa rajin ikut lomba karya tulis dan mengharumkan nama kampus, menghidupkan aktivitas mahasiswa di lingkup jurusan, itulah yang disebut aktivis. Karena makna aktivis sesungguhnya ialah “pendorong”.
Jadi, aktivis itu bukan hanya mereka yang turun ke jalan, sebagai para demonstran. Sudah bukan saatnya mahasiswa mengedepankan suara lantang, berorasi membawa massa. Sekarang  tahun 2016, Bukan lagi mahasiswa angkatan ‘66 ataupun ‘98 yang memang pada waktu itu adalah masa booming-nya berdemonstrasi, menurunkan masa pemerintahan orde baru. Lantas, apa yang harus dilakukan mahasiswa sekarang ? apa saja yang seharusnya dilakukan seorang yang disebut aktivis, ? Apakah harus berdiam diri, meratap, bahkan apatis?
Tentu tidak.
Karena mahasiswa seharusnya masih  tetap berkarya. Masih ada banyak cara lain yang dapat dilakukan sebagai seorang aktivis. Aktivis masih bisa berkarya melalui tulisannya seperti karya tulis ilmiah atau yang lainnya.
Namun pada nyatanya aktivis saat ini hanya berkutat pada politik kampus, kemampuan menulis ilmiah dan scientificnya sangat rendah. Akan banyak waktu yang terbuang jika dalam organisasi hanya untuk even dan rapat anggota daripada pengembangan intelektual. Apalagi untuk saat ini, seorang mahasiswa aktivis sudah tidak seharusnya selalu mendapat julukan mahasiswa abadi. Bagaimana tidak, aktivis biasanya selalu identik dengan meninggalkan jam perkuliahan, bahkan ada yang hampir tidak pernah masuk kelas. Karena menurut mereka organisasi adalah kampus kedua. Bahkan, mengalahkan jam perkuliahannya.
Organisasi  yang menjadi wadah bagi para aktivis sebenarnya juga mampu membantu usaha study ke luar negeri. Karena biasanya syarat mendapat beasiswa luar negeri adalah membuat karya tulis ilmiah atau penelitian. Hal ini dapat diasah dalam organisasi.
Aktivitas seorang aktivis tidak hanya politik dan even semata, namun dapat juga mengikuti lomba menulis, karya tulis ilmiah, debat, atau bahkan studi ke luar negeri. Melalui tulisan juga dapat dipakai sebagai sarana mengobarkan suara. Seorang intelek yang dapat memberi ide dan tindakan nyata adalah aktivis masa kini. Tindakan nyatanya adalah penyumbang ilmu pengetahuan melalui goresan tinta. Jadi masih banyak cara yang dapat dilakukan sebagai representasi seorang mahasiswa.
Namun untuk saat ini sudah saatnya merealisasikan aktivis yang akademis. Jadi seorang aktivis juga tidak kalah dengan mereka yang tiap harinya berada di kelas, dengan berbagai macam hafalan berbagai macam buku dalam isi kepalanya. Seorang aktivis juga dapat lulus tepat waktu, dengan membawa berbagai macam softskill yang telah dipelajari dalam organisasinya. Mengikuti studi ke luar negeri, membawa nama baik dirinya, membanggakan keluarga, kampus, atau bahkan organisasinya.

Rabu, 11 Mei 2016

saat nanti

Biarkan daku menanti datangnya esok hari
Meski tak ada setetetes air untuk sebuah kehidupan

Hidup ini memang pahit,
bagi mereka yang merasakan pahitnya kisah yang dia temui
sebuah perjalanan tak selalu seperti jalan tol
akan ada rintangan atau pun hanya sebuah kerikil tajam yang menghadangnya

jika hati tak mampu setegar batu karang,
mungkin akan lebur bersama kerikil yang berlalu di pinggir jalan
terlindas akan kejamnya hidup yang dia dapatkan

lelah...
saat tak berhasil mendapat apa yang ia cari
yang ia kejar semakin bergerak menjauh darinya.

Namun...
waktu tetap berjalan
waktu belum berhenti

waktu akan menjawab,
semua tanya yang membutuhkan massa...

Perginya

Bahkan ketika malam tak pernah tau kapan datangnya pagi,
hingga pagi datang menjelang..
menemui seorang manusia yang tengah memperjuangkan cita-citanya.
dengan melupakan semua rintangan yang menghadangnya.
karena baginya hidup adalah tantangan baginya.



hingga pada akhirnya akan ada saat menemui titik jenuh
ketika dia merasa semuanya telah hilang
telah pergi tak lagi bersamanya

namun, ketika sebuah harapan masih tersimpan, masih akan ada selalu percikan yang menemani perjalananya. sepahit apa sebuah rasa kehidupan tak menghilangkan semangatnya.

bahkan ketika semua materi tak lagi menemaninya.


Minggu, 01 Mei 2016

Mei ku

Ketika waktu masih mempertemukan, senyum dalam kebersamaan. Tak terlupa kenangan yang tak hilang. Pernah duduk bersama, merasa manis pahit warna kehidupan..
Namun waktu pun yang memisahkan.
Memberi jarak tak berujung.
Namun, do'a tak terlupakan.
Kawan lama slalu tersimpan.
Salamku untuk dikau disana,
smile emotikon
Selalu dalam lindungan YME
Semoga
smile emotikon
Selamat datang Mei...
Semoga kisah baru mewarnai..

“Syifaul Qulub” Wadahi pengembangan Seni Islami FDK

Belajar dari nol pun tidak apa. Karena Qosfada itu re-generasi, jadi tidak hanya mengandalkan yang bisa saja. Melainkan yang tidak bisa juga. Sama-sama belajar, berproses bareng,” Ungkap Ahmad Ulin Nasikh. Hal itulah yang diungkapkan Ketua Qosfada yang berharap agar tetap belajar dan berproses bareng di Qosfada.
Lantunan sholawat nabi terdengar menggema di setiap hari kamis malam. Dari sholawat satu ke sholawat yang lain, dengan iringan musik banjari yang begitu menyatu dengan irama. Itulah Qosidah Fakultas Dakwah (Qosfada) “Syifaul Qulub”. Salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) yang bergelut di bidang keagamaan. Lebih khususnya bergerak dalam bidang pengembangan bakat dan minat. Seperti Master of Ceremonies (MC), naghom atau yang biasa disebut qiro’ah, musik al-banjari,dan juga qosidah rebana.
                Salah satu UKM FDK ini berdiri pada tanggal 26 juni 1987 di kantor Senat Mahasiswa (SEMA) dengan ketua pertamanya yakni saudari Ulin. Setelah kepemimpinan saudari Ulin inilah, Qosfada mengalami distorsi selama kurang lebih dua tahun. Pada saat itu Qosfada tertidur. Qosfada lahir kembali pada tahun 1993. Yang pada waktu itu saudari Faiqotul Hikmah dan kawan-kawan dengan dibantu oleh bapak Amin Lubis, bersemangat menghidupkan kembali Qosfada. Pada tahun 1993-1995 Qosfada dipimpin oleh Anik.
Dilanjutkan pada tahun 1996-1998, Qosfada dipimpin oleh Hayinah. Namun setelah kepemimpinannya, Qosfada mengalami distorsi lagi selama dua tahun. Pada saat itu Qosfada kembali tertidur. Setelah Qosfada vacuum selama beberapa tahun, Qosfada akhirnya bangkit lagi dan semakin berkembang pada tahun 2001-2003, Qosfada dibangkitkan oleh Abu dan kawan-kawannya mas Dipo, mas Gepeng, mbak Fajar, dan mbak Yanti.
Kemudian pada tahun 2004-2005 Qosfada mengalami perkembangan yang begitu pesat dibawah pimpinan Syaiful. UKM yg awalnya hanya bergerak di bidang qosidah rebana saat itu bertambah di bidang al banjari, sehingga Qosfada menambahkan namanya mnjadi “Syifaul Qulub”. Seperti itulah jatuh bangun Qosfada sejak awal berdirinya hingga mampu bertahan seperti saat ini.
Namun karena di Qosfada juga sebagai wadah belajar, maka sudah seharusnya Qosfada tetap dilanjutkan. Seperti yang diungkapkan Ahmad Ulin Nasikh selaku ketua periode di tahun ini mengungkapkan bahwa di Qosfada itu tidak melihat dari kepandaian dan bakat yang dimiliki. Yang belum bisa sama sekali pun tetap diajari sampai bisa. “Belajar dari nol pun tidak apa. Karena Qosfada itu re-generasi, jadi tidak hanya mengandalkan yang bisa saja. Melainkan yang tidak bisa juga. Sama-sama belajar, berproses bareng,” Ungkap pria berbaju batik ini.
Namun dibalik carut marutnya revolusi zaman yang dialami Qosfada, dibaliknya tak sedikit pula prestasi yang telah dipersembahkan oleh Qosfada ini. Diantara beberapa pencapaian yang telah diraih yakni masuk 10 besar rebana di Royal Plaza, Surabaya, Juara Harapan II Festival Rebana Se-JATIM di Paduan Suara IAIN Sunan ampel Surabaya, Juara Harapan II dan III pada festival rebana Se- JATIM di Masjid Al- Akbar Surabaya, Juara Harapan I Festival Al-Banjari Se- JATIM di  PP Al- Jihad Surabaya, Juara Harapan II Festival Al-Banjari Se – JATIM di ITS Surabaya, Juara Harapan I Festival Al-Banjari Se – JATIM di ITS Surabaya, dan yang terakhir yakni menjuarai rebana harapan II yang diadakan oleh Paduan suara UINSA se-Jawa Timur.  
Sebelum mengikuti berbagai macam festival dan lomba, persiapan persiapan yang dilakukan diantaranya menambah jadwal latihan. Yang sebelumnya hanya latihan seminggu sekali, menjadi seminggu tiga kali, atau bahkan setiap hari jika menjelang mendekati hari-H. Latihannya pun dengan mendatangkan pelatih dari luar. Untuk pelatih vocal saja mendatangkan dari SMK 16, Surabaya yang dulunya juga merupakan alumni UIN Sunan Ampel (UINSA) Surabaya, bagian dari alumni Qosfada juga. Ada juga dari salah satu dosen FDK yang bernama Latifah, yang biasanya melatih MC. Seperti yang diungkapkan Ulin bahwa dari para senior domisioner, angkatan 2012 pun juga ikut melatih banjarinya. “Sebelum lomba, kalau yang diikuti lomba banjari ya lebih belajar tabuhan, ketukan dan iramanya sebagai persiapan, yang kebetulan bulan depan ini akan mengikuti lomba yang diadakan di Universitas Bhayangkara (UBHARA) dan IQMA UINSA” Ujarnya.
Menurut Ulin juga berharap agar ke depannya, para anggota Qosfada tetap konsisten juga dalam berorganisasi. Karena memang selain untuk mengembangkan bakat dan minat mahasiswa, di Qosfada ini juga untuk melatih keorganisasian. “Jadi, disini agar tidak hanya pandai dalam bakat yang dimilikinya saja, melainkan dalam keorganisasiannya juga,” Ungkapnya dengan gitar di tangannya saat ditemui kru New News.
Pria yang memiliki kota asal Surabaya ini juga menambahkan bahwa pada awalnya memilih Qosfada karena apa yang ada di Qosfada itu orientasinya ke masyarakat. Setidaknya di setiap awal atau pada pembukaan acara, pasti diawali dengan pembacaan sholawat atau banjari, dan naghom. Yang tentunya membutuhkan MC juga. Semua itu pasti dibutuhkan dalam setiap acara. “Motivasi saya sich pengen jadi orang, dalam artian bisa berguna di masyarakat. Apa yang saya ikuti dan saya dapat di Qosfada itu pasti kanggo (berguna.red)” Pungkasnya dengan sedikit logat jawa sambil menghisap rokok yang sedari tadi hanya dipegangnya saja.


Tiada Jawaban


aku..
Tak pernah tau dimana aku dapat menemukan Aku..
aku pun tak pernah tau pada siapa aku harus bertanya siapa aku
mengapa sampai sekarang aku tak tahu siapa aku
karena aku pun tak pernah bertemu dengan Aku

jika aku diberi kesempatan
aku ingin bertemu…

biarkan waktu yang memberi jawab padaku
tentang aku

tak pernah lelah kucari
kemana akhir sang diri
tak kubiarkan pergi
sebuah kematian hati
biarkan saja saat ini
kan menjadi cerita lama
sebuah tanya

tanpa kata
Gresik, 01 Mei 2016