Rabu, 16 November 2016

Misteri yang ada

Kamu adalah apa yang kamu fikirkan..
Jika kamu berfikir baik tentangku, aku pun akan baik sesuai apa yang kamu fikirkan..
              Jika kamu berfikir buruk tentangku pun, aku akan buruk seperti yang kamu fikirkan
Maka silahkan kau bentuk MindSet mu sendiri
Dengan sebab akibat yang kau ciptakan sendiri pula
Suatu hal yang harus disadari
Semesta tak pernah memilih orang yang salah
Semesta tau apa dan bagaimana
Satu hal yang tak pernah menjadi kebencian
Ketika alam memelukku begitu erat
Seakan tak ingin melepaskan cengkramannya
Pada suatu kisah seorang anak manusia yang memiliki jutaan wajah dibaliknya
Tak ada siapapun
Atau satu hal apapun
Yang mampu menerjemahkan makna yang pernah tersirat
Karena
Misteri Kehidupan
Akan dan selalu ada
Begitu juga dengan apa saja rangkaian kata yang pernah kau baca dalam Blog ini
kau tak pernah mampu
menemukan makna yang hakiki
karena aku tak kan pernah menuliskan
salah satu dari dua hal
yang sangat bertentangan
yaitu
Cinta
Dan
Benci
Memang salah
Jika aku mempertentangkan kedua hal itu
Karena dua kata itu bukanlah pilihan Antonim yang tepat
Atau bukan pula Kopula yang pantas disandingkan
Namun..
Dari ketidak jelasan yang pernah ada
Atau bahkan pernah kamu ketahui
Akan ada saat dimana kisah itu menjadi Realita
Yang kan kamu temui

Dalam Lembaran yang Kau miliki

Kisah baru yang tersampaikan

Aku kembali menemukan kata yang lebih pantas memberi makna pada kisahku..
Maaf...
Dan Terimakasih
Kata itulah yang berhasil ku temukan di sore hari ini..
Menemaniku menutup lelahnya hati saat tak ada lagi tempat berlabuh,
Tak pernah berhenti mengharap Ridho pada Sang maha Kasih,
Miliki hati yang selalu bisa memafkan,
Untuk apapun dan siapapun..
Jika kamu bertanya siapakah aku..
Inilah aku, seperti yang kamu lihat
Bukan siapa-siapa
              Jika kamu pun bertanya dimana aku berada
              Maka disinilah aku berada saat ini..
Satu hal yang sempat terlupakan olehku,
Ketika aku sudah diberi kesempatan berada disini
Terimakasih
Kata yang selalu kuharap bisa mewakili segalanya
Terimakasih Tuhan..
Atas segala apa yang kau Izinkan untukku
Hingga aku bisa berada disini
Satu hal yang harus kusadari
Aku tak boleh terjatuh...
Aku tak boleh tenggelam
Dalam berbagai hal apapun
Aku tak boleh terpuruk
Aku tetap harus bangkit
Aku diatas,
Aku tak boleh berada di dasar jurang keterpurukan
Yang tak pernah kuimpikan
Aku yakin..
Aku bisa
Aku punya mimpi..
Aku punya dunia impian
Yang bisa membawaku pergi dari tempat yang tak pernah kuinginkan saat ini
Aku bisa pergi
Dari semua hal yang kutau tak baik untukku
Aku tak boleh menyerah
Tak ada yang berhak menghancurkanku
Ini kisahku
Ini lembaran yang kan kutulis hingga akhir masaku
Terimakasih atas rasa yang telah tersampaikan
Aku tau..
Aku mencintaimu..
Aku menyayangimu..
Namun..
Aku juga membencimu...
Maafkan aku
Yang tak miliki kebaikan apapun
Tuk kupersembahkan padamu
Pada orang yang paling kucintai sekalipun
Atau bahkan paling ku benci
Dalam sejarah hidupku yang kumiliki
Kau tak tau
Dan tak kan pernah mampu mengetahui
Kisah yang tersimpan
Dengan penuh guratan makna
Yang tak kan mampu kau pahami...
Karena kau bukan siapa-siapa
Dan tak kan pernah menjadi siapapun
Atau apapun
Sampai kapanpun....

Dunia Tanpa Batas,


Berbagi Kisah

Jika kata tak lagi mampu terangkai, hanya sebait tulisan ini yang menemaniku menghabiskan sisa waktu yang kumiliki...


Aku tak berhak memiliki kisah ini,
Aku hanya diberi hak untuk menuliskannya dalam Lembaran yang kumiliki
 Aku udah nggak tau lagi apa yang harus kuketahui...
Aku juga tak tau apa yang seharusnya akan ku tulis saat ini.
Karena bahkan tak ada lagi kata yang mampu untuk ku rangkai, walau hanya untuk mengungkapkan apa yang ada di fikiran atau hatiku saat ini.
Kata apapun yang tertulis seakan tak pernah mampu memaknai apa yang sesungguhnya ada.
Aku tak tau lagi..
Kemana waktu akan membawa kaki ini melangkah..
Harus pada siapa
Dan harus kemana lagi
Aku mencari
Semua itu seakan sirna
Aku tersesat
Aku terjebak
Aku tak tau arah
Kemana aku harus menuju
Hati dan fikiranku seakan benar-benar mati
Namun raga ini masih bernyawa
Aku ingin pergi,
Aku tak ingin berada disini
Tapi aku juga tak tau aku ingin berada dimana untuk saat ini
Aku tak ingin ada di dunia
Aku tak ingin ada dalam kehidupan ini
Aku hanya ingin berada dalam khayalan
Dunia impian,
Dunia imajinasiku sendiri
Yang bahkan saat ini tak tau apakah masih ada...

Aku terjatuh...
Namun aku tak ingin ada air mata menemaniku saat ini

Tuhan...
Jika aku boleh memilih, aku tak ingin berada di dunia ini
Aku tak ingin merasakan apapun yang saat ini kurasakan
Andai aku boleh memohon,
Aku tak ingin memiliki hati yang bisa mencintai, menyayangi atau bahkan membenci...
       Aku ingin meminta padaMu Tuhan,
       Bawa pergi semua rasa yang ada padaku saat ini
Aku tak ingin mencintai siapapun
Aku juga tak ingin membenci siapapun
Aku tak ingin ada hati yang tersakiti
Atau menyakitiku..
       Aku lelah Tuhan..
       Lelah selelah-lelahnya..
Mengapa harus ada pertemuan..
Mengapa Tuhan..
Kau harus mempertemukanku dengannya
Mengenalkan dia kepadaku..
Bahkan membawa masuk dalam kehidupanku...
       Aku tak ingin ada nama yang tersimpan..
       Untuk hari ini dan selanjutnya...
Mengapa aku harus mengenal mereka
Jika aku tak pernah tau apa makna semua pertemuan ini..
       Tuhan..
       Jika aku boleh memohon,
       Aku tak ingin bisa mencintai
       Jika semua itu akan kembali pergi..
Aku tak ingin mengenal apa itu Cinta Tuhan..
Cukuplah aku mengenal kasih sayang dari Orang-orang yang mengasihiku..





Lamongan, 161116

Minggu, 13 November 2016

Tak mampu Memaknai

Ketika malam mempertemukan dua insan...
Menyatukan keberadaannya dalam dimensi ruang dan waktu yang sama.
Kehadirannya kan membawa dunia baru dalam realita yang ada.
Malam itu mungkin memang tak pernah berakhir, dengan segala warna baru yang semakin terangkai.
Tak lagi mampu menerjemahkan arti hadirnya yang secara tiba-tiba,
Namun...
Waktu tak pernah membiarkannya untuk tetap terpaku dalam segudang tanda tanya
Dunia malam itu tak mampu mengusik,
Bahkan tak lagi mampu merangkai kata yang paling sederhana sekalipun tuk dipersembahkan pada sang Maha Kasih...
Ketika tiada batas lagi, antara keduanya...
Tiada kata benci, suka, senang, sayang, atau bahkan cinta sekalipun..
Tiada kata yang mampu diungkapkan
Semua itu lenyap bersamanya...
Tapi kisahnya tak tertulis sesederhana itu...
Hingga detik ini, belum pernah mampu menerjemahkan  rangkaian kata itu dalam makna paling singkat sekalipun.
Karena memang tak pernah tau apa alasan hadirnya, entah mempersembahkan luka, ataukah gelak tawa. Namun dua hal itu takkan hilang salah satunya karena naluri kehidupan tak pernah terdiri dari salah satu dari keduanya.
Semua benar-benar menjadi berbeda
Bahkan kisah yang dimiliki pun tak sama seperti sediakala.
Hingga pada akhirnya kisah ini menyatu. Namun kisah apakah yang akan ada itulah yang tak bisa diketahui.
Karena tiada cinta, kasih, ataupun sayang...
Tak pernah ada harapan
Karena harapan pun seakan telah sirna, bersama waktu yang kian berlalu.
Sebait puisi ini yang mungkin mewakili..
Kau seakan menjadi bayang-bayang semu, yang tak pernah mampu untuk ku genggam...
Kau pun bisa menjelma menjadi satu dari  jutaan bintang yang ada di langit yang tak pernah bisa kuraih...
Kau pun ada bersama waktu yang menjadi bagian hidupku...
Keberadaanmu melekat bersama waktu.
Masih disini bersama nada-nada rindu yang selalu tersimpan,
Hanya berharap bisa sampaiakan lewat angin yang berhembus..
Tak ingin ada luka yang tergoreskan, atau sayatan hati yang membekas..
Merasuki jiwa yang hampa akan ruang keabadian...
Tanpa irama...
Tanpa rasa
Penuh kesunyian tanpa batas,
Hingga titik akhir, puncak tertinggi akan kehadiran itu..
Tergenggam dalam jiwa yang sunyi,
Menyimpan kata yang tak lagi berarti

Mojokerto, 12 November 2016

Rabu, 09 November 2016

Kemarahan Ara

              Ara kembali termenung pagi itu. Dia pun memilih tempat duduk di pojok belakang kelas. Sepertinya ada suatu hal yang tengah menganggu fikirannya. Hingga secara tiba-tiba dia merasa mood-nya sangat tidak baik. Fikirannya pun berkelana, entah kemana. Meski dari luar ia terlihat fokus, tapi dalam benaknya tersimpan banyak fikiran yang melayang.
              Satu hal yang terpecahkan oleh Ara. Dia berhasil mengetahui apa yang membuat mood-nya tiba-tiba berubah selama beberapa hari terakhir. Ternyata dia kedatangan tamu bulanan khasnya. “Jadi mungkin kemarin-kemarin adalah masa PMS, makanya kok aku ngerasa emosiku lebih tinggi dan tidak stabil,” Gumamnya dalam hati.
              Apalagi pagi itu Ara lebih dibuat emosi oleh seorang teman perempuannya saat bertemu di Lobby Fakultasnya.
“Ka, jangan lupa bawa tugas hari ini ya,”Kata Ara.
“Ha..? Tugas apa? Bukannya hari ini kamu janji nganterin aku ke Royal Plaza?” Balas Ika dengan nada tak merasa bersalah.
              Tanpa banyak bicara, Ara pun meninggalkan Ika yang masih terpaku dengan pertanyaannya. Dia udah nggak bersemangat menjawab pertanyaan temannya tersebut.
“Hmmm.... terserah deh, waktunya ngumpulin tugas dilupain, malah minta aneh-aneh. Makanya punya otak tuh di Manajemen. Biar bisa ngatur mana tugas, mana prioritas atau yang lain, pacaran mulu sich,” Gerutu Ara mencaci maki dalam hati.
              Ara merasa berada di titik emosi yang paling tinggi. Ara pun memilih meninggalkan temannya dan langsung menuju ke kos temannya yang lain. dia ingin mencari suasana yang berbeda dari sebelumnya. Satu hal lain, Ara ingin mengembalikan mood-nya yang telah benar-benar rusak sejak pagi itu.

              Dia tak ingin orang-orang di sekitarnya menjadi korban pelampiasan amarahnya. Dia berusaha mengendalikan emosi yang semakin menjadi. Karena satu hal penting dalam hidup Ara yaitu “Kedewasaan seseorang terlihat dari manajemen emosi yang dia miliki”. Hal itulah yang menjadi motivasi untuk Ara dalam mengambil langkah yang harus ia tempuh. 

Masih aktiviskah dikau?

Ketika aktivis tak lagi mencintai pengetahuan, lantas seperti apa dia memaknai dirinya sebagai seorang aktivis?
Apalagi di era yang begitu modernis, yang bertuhankan teknologi. Harus bertahan dengan kekosongan intelektual.
Status mahasiswa yang begitu lekat dengan aktivitas kajian dan diskusi, akankah musnah?
Karena seperti yang kita ketahui,
Kampus saat ini bagaikan mesin pencetak pengangguran.
Yang dijunjung tinggi bukanlah mereka yang hobby berdiskusi, melainkan mereka yang ahli mencetak rupiah.
Mahasiswa didoktrin para birokrat kampus untuk menjadi pengusaha sesukses mungkin.
Mahasiswa diperintah untuk patuh pada dosen di kelasnya, datang dan pulang tepat waktu.
Lantas apa bedanya mahasiswa dengan pegawai kantor?
Dimana kajian-kajian intelektual yang dulu melekat pada seorang mahasiswa?
Bahkan terdapat pernyataan “Jika kaum intelektual telah lenyap dari suatu organisasi, maka sisanya adalah Sampah”

Lebih tepatnya ialah “Sampah Masa Depan”

Kau dan Aku

Teruntuk dikau yang pernah menyisakan senyummu untukku..
Aku tak pernah mampu mengungkapkan dimana keberadaanmu dalam hidupku.
Namun satu hal yang ku tahu, kau mampu datang kepadaku membawa senyuman saat ku dirundung  pilu.
Tak ada kata Cinta, suka, atau bahkan benci.
Tanpa batas apapun.
Yang ada hanyalah kata kau dan aku, yang dipertemukan dalam dimensi ruang dan waktu yang sama.
Aku tak pernah berharap apapun pada sang waktu.
Karena aku hanya yakin jika waktu telah memilih, apapun pasti akan terjadi.
Jangan pernah lelah,
Jangan pernah bosan ataupun melangkah pergi dari jalan hidupku.
Biarkan tetap menjadi kisah...
Apapun,
Dan seperti apa kelak akan berakhir...

21116

Jiwa Ara yang hilang

Sore itu Ara kembali terpaku dalam lamunanannya. Dia memilih menghabiskan waktu dengan pertengkaran dalam fikirannya. Waktu tetap berlalu setiap saat. Tanpa peduli apa yang telah, sedang, dan akan terjadi. Tak pernah peduli dimana dan dengan siapa kau menghabiskan waktu yang kau miliki. Hingga kini pun benar-benar tak pernah bisa diketahui hakikat keberadaan sebuah waktu.
          Secara tiba-tiba Ara pun merasa ada sesuatu yang hilang dari raganya. Ara pun tak tau sedang berada di dimensi waktu yang mana untuk saat ini.
          Tak mampu untuk memahami apa yang membuat Ara merasakan kekosongan jiwa seperti itu. “Benar-benar Cuma bisa ngerasain kalo ada yang pergi dari jiwa ini. Entah suatu hal apakah itu. Namun ketika kubuka memori lamaku, ternyata aku juga sudah pernah seperti ini. Namun hal itu tak berlangsung lama seperti saat ini” Gumam Ara dalam hati dengan penuh rasa kebingungan.
Ada apa Tuhan...
Apa yang sedang terjadi....

021116

Jumat, 04 November 2016

Untaian di akhir malam

Bahkan ketika malam pun tak mampu mempersatukan,
Ketika rindu enggan beranjak dari peraduannya...
Lantas, kemana harus mengadukannya,
              Jikalau pesan tak mampu tersiratkan,
              Waktu pun enggan mempertemukan
              Apalah daya kehendak hati...
Kata yang terucap pun tiada bermakna,
Ketika sebuah keinginan yang kian terpendam
              Tak perlu lah sebuah pengakuan,
              Namun satu hal yang tak pernah bisa tuk terpungkiri...
Sebuah rangkaian kata itu telah terkubur,
Namun akan seperti apa untuk melanjutkannya
Karena semakin dalam,
Bisa juga semakin hilang bersama berlalunya sang masa...
              Satu pinta terkirim,
              Teruntuk hati yang berselimut rindu
              Menyimpan penuh kekalutan tiada akhir
Janganlah pernah membawa langkah itu terdiam...
Izinkanlah semua itu tersimpan dengan caranya sendiri..
Dengan diamnya...
              Tak pernah henti,
              Menyisakan sesal karena sayatan-sayatan pilu
              Pada jarak di pelupuk mata...
Uluran kata sesal serta maaf tak terlupa..
Biarkan ruang dan waktu yang menjadi saksi bisu
Pertemuan dua kisah yang tengah merindu....

Wonocolo, 05 November 2016

Penolakan waktu

Seakan ingin menyapa...
Selamat malam semesta,
Masih setia menanti
Akan waktu yang tak pernah berhenti..
Enggan mengucap sepatah kata dengan alasan apapun
Tak hanya satu kata
Jika ingin memberi makna
              Waktu tetap berlalu
              Enggan mempertanyakan alasan apa dibaliknya
Luluh lantahkan bersama waktu
              Hingga waktu semakin beranjak pergi,
              Menyisakan segenggam goresan
              Yang tak memiliki makna yang berarti
Meninggalkan satu kemungkinan
Penuh rasa hipotesa
Akan kisah perjalanan malam ini
              Mungkin,
              Hanya satu jawabnya
Malam enggan menjadi kopula bagi insan-insan yang menepi
Malam masih diam dalam pekatnya
              Biarlah tawamu yang menemani
              Meramaikan hati seorang insan

              Yang rindu akan gemerlap bintang