Kamis, 01 Februari 2018

Materi Jurnalistik Cetak- Agar Jurnalistik Cetak dapat bertahan dan Manfaat Karikatur dalam Jurnalisme Cetak

Jurnalistik cetak
1.       1. Era teknologi komunikasi mendorong kelahiran jurnalisme online, bagaimana pendapat anda terkait nasib jurnalisme cetak untuk dapat survive?
Jurnalisme cetak sudah mulai terkikis oleh perkembangan digital. Saat ini begitu banyak bermunculan media online baru dengan mudahnya. Maka secara tidak langsung jumlah peminat dari media cetak berkurang, bahkan tidak mungkin akan mengalami kebangkrutan karena minimnya pembaca. Disini dibutuhkan ide-ide baru untuk mempertahankan eksistensi media cetak. Semisal apakah berita tersebut memiliki nilai signifikan bagi reporter dan pembaca untuk mendalami ide tersebut, layak berita, aktual, idenya orisional dan kreatif, juga punya nilai inisiatif.
Dalam peliputan, karya tersebut mendalam sekaligus meluas, mampu menempatkan konteks dan latar belakang, akurat, verifikatif, komperehensif, sumber-sumbernya relevan baik resmi maupun orang biasa, menjawab rasa ingin tahu pembaca, selain menghibur dan menyimpan upaya gigih.
Adapun dalam penulisan yang dinilai adalah bahasa, gaya, suara, dan mood bisa secara tepat menempatkan konteks, dapat dipercaya, pembukaan menarik, jernih, fokusnya kuat, struktur dan menyusun kisah yang bagus, menaruh kutipan atau anekdot secara efektif, narasi dan deskripsinya kuat, setia dengan akurasi, kreatif alias berani menghindari klise, serta mampu menarik pembaca dari awal hingga akhir.
Disini media cetak sebenarnya memiliki nilai keakuratan data yang lebih tinggi dibandingkan online. Hal itulah yang menjadi salah satu alasan media cetak harus bertahan.


2.      2.  Jelaskan pendapat anda terkait jurnalisme cetak hubungannya dengan fotografi dan karikatur?
Fungsi foto dalam jurnalistik sama halnya dengan fungsi headline yaitu:
1.       Menarik perhatian pembaca
2.       Menyatakan isinya
3.       Membantu membuat berita lebih menarik
Kedudukan foto dalam jurnalistik juga berbeda-beda. Adakalanya foto menjadi pelengkap berita. Disini foto hanya sebagai pelengkap atau ilustrasi saja, misal foto dari penulis artikel atau foto yang diberitakan, jadi bukan foto mengenai kejadian itu sendiri. Seandainya foto tersebut tidak ada, maka tidak akan mengurangi arti pentingnya berita.

Adakalanya foto berbicara dengan sendirinya. Disini kedudukan foto adalah primer, sehingga tanpa tulisan/teks pun sudah bisa dimengerti. Ada juga foto yang dilengkapi teks. Disini kedudukannya sejajar dengan foto, jadi saling melengkapi satu sama lain. Tanpa tulisan apa pun foto tidak bisa dimengerti dan begitupun sebaliknya.

Selanjutnya karikatur dan kartun dalam jurnalistik sangat berperan di dalamnya. Melalui salah satunya, seorang jurnalis dapat mngkritik seseorang tanpa takut membuat orang tersebut marah dan tersinggung.
Kartun, karikatur, dan komik kerap dipandang sebagai sesuatu konyol, tidak serius, dan main-main. Meski dipandang demikian, kita sering menjumpai ketiganya di hampir semua media. Bahkan dalam sejarahnya, kartun dan karikatur mampu mendatangkan kesadaran bahwa materi yang disampaikan kerap lebih didengar daripada kritik melalui tulisan. Karena dalam diri kartun dan karikatur terdapat kekuatan humor yang membuat obyek yang menjadi sasaran kritik tidak marah atau tersinggung.  Menurut Priyanto Sunarto, dosen Seni Rupa ITB, yang juga karikaturis untuk Majalah Tempo, kartun menampilkan masalah tidak secara harfiah tetapi melalui metafora agar terungkap makna yang tersirat di balik peristiwa. Metafora merupakan pengalihan sebuah simbol (topik) ke sistem simbol lain (kendaraan). Penggabungan dua makna kata/situasi menimbulkan konflik antara persamaan dan perbedaan, hingga terjadi perluasan makna menjadi makna baru.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar