Minggu, 01 Mei 2016

“Syifaul Qulub” Wadahi pengembangan Seni Islami FDK

Belajar dari nol pun tidak apa. Karena Qosfada itu re-generasi, jadi tidak hanya mengandalkan yang bisa saja. Melainkan yang tidak bisa juga. Sama-sama belajar, berproses bareng,” Ungkap Ahmad Ulin Nasikh. Hal itulah yang diungkapkan Ketua Qosfada yang berharap agar tetap belajar dan berproses bareng di Qosfada.
Lantunan sholawat nabi terdengar menggema di setiap hari kamis malam. Dari sholawat satu ke sholawat yang lain, dengan iringan musik banjari yang begitu menyatu dengan irama. Itulah Qosidah Fakultas Dakwah (Qosfada) “Syifaul Qulub”. Salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) yang bergelut di bidang keagamaan. Lebih khususnya bergerak dalam bidang pengembangan bakat dan minat. Seperti Master of Ceremonies (MC), naghom atau yang biasa disebut qiro’ah, musik al-banjari,dan juga qosidah rebana.
                Salah satu UKM FDK ini berdiri pada tanggal 26 juni 1987 di kantor Senat Mahasiswa (SEMA) dengan ketua pertamanya yakni saudari Ulin. Setelah kepemimpinan saudari Ulin inilah, Qosfada mengalami distorsi selama kurang lebih dua tahun. Pada saat itu Qosfada tertidur. Qosfada lahir kembali pada tahun 1993. Yang pada waktu itu saudari Faiqotul Hikmah dan kawan-kawan dengan dibantu oleh bapak Amin Lubis, bersemangat menghidupkan kembali Qosfada. Pada tahun 1993-1995 Qosfada dipimpin oleh Anik.
Dilanjutkan pada tahun 1996-1998, Qosfada dipimpin oleh Hayinah. Namun setelah kepemimpinannya, Qosfada mengalami distorsi lagi selama dua tahun. Pada saat itu Qosfada kembali tertidur. Setelah Qosfada vacuum selama beberapa tahun, Qosfada akhirnya bangkit lagi dan semakin berkembang pada tahun 2001-2003, Qosfada dibangkitkan oleh Abu dan kawan-kawannya mas Dipo, mas Gepeng, mbak Fajar, dan mbak Yanti.
Kemudian pada tahun 2004-2005 Qosfada mengalami perkembangan yang begitu pesat dibawah pimpinan Syaiful. UKM yg awalnya hanya bergerak di bidang qosidah rebana saat itu bertambah di bidang al banjari, sehingga Qosfada menambahkan namanya mnjadi “Syifaul Qulub”. Seperti itulah jatuh bangun Qosfada sejak awal berdirinya hingga mampu bertahan seperti saat ini.
Namun karena di Qosfada juga sebagai wadah belajar, maka sudah seharusnya Qosfada tetap dilanjutkan. Seperti yang diungkapkan Ahmad Ulin Nasikh selaku ketua periode di tahun ini mengungkapkan bahwa di Qosfada itu tidak melihat dari kepandaian dan bakat yang dimiliki. Yang belum bisa sama sekali pun tetap diajari sampai bisa. “Belajar dari nol pun tidak apa. Karena Qosfada itu re-generasi, jadi tidak hanya mengandalkan yang bisa saja. Melainkan yang tidak bisa juga. Sama-sama belajar, berproses bareng,” Ungkap pria berbaju batik ini.
Namun dibalik carut marutnya revolusi zaman yang dialami Qosfada, dibaliknya tak sedikit pula prestasi yang telah dipersembahkan oleh Qosfada ini. Diantara beberapa pencapaian yang telah diraih yakni masuk 10 besar rebana di Royal Plaza, Surabaya, Juara Harapan II Festival Rebana Se-JATIM di Paduan Suara IAIN Sunan ampel Surabaya, Juara Harapan II dan III pada festival rebana Se- JATIM di Masjid Al- Akbar Surabaya, Juara Harapan I Festival Al-Banjari Se- JATIM di  PP Al- Jihad Surabaya, Juara Harapan II Festival Al-Banjari Se – JATIM di ITS Surabaya, Juara Harapan I Festival Al-Banjari Se – JATIM di ITS Surabaya, dan yang terakhir yakni menjuarai rebana harapan II yang diadakan oleh Paduan suara UINSA se-Jawa Timur.  
Sebelum mengikuti berbagai macam festival dan lomba, persiapan persiapan yang dilakukan diantaranya menambah jadwal latihan. Yang sebelumnya hanya latihan seminggu sekali, menjadi seminggu tiga kali, atau bahkan setiap hari jika menjelang mendekati hari-H. Latihannya pun dengan mendatangkan pelatih dari luar. Untuk pelatih vocal saja mendatangkan dari SMK 16, Surabaya yang dulunya juga merupakan alumni UIN Sunan Ampel (UINSA) Surabaya, bagian dari alumni Qosfada juga. Ada juga dari salah satu dosen FDK yang bernama Latifah, yang biasanya melatih MC. Seperti yang diungkapkan Ulin bahwa dari para senior domisioner, angkatan 2012 pun juga ikut melatih banjarinya. “Sebelum lomba, kalau yang diikuti lomba banjari ya lebih belajar tabuhan, ketukan dan iramanya sebagai persiapan, yang kebetulan bulan depan ini akan mengikuti lomba yang diadakan di Universitas Bhayangkara (UBHARA) dan IQMA UINSA” Ujarnya.
Menurut Ulin juga berharap agar ke depannya, para anggota Qosfada tetap konsisten juga dalam berorganisasi. Karena memang selain untuk mengembangkan bakat dan minat mahasiswa, di Qosfada ini juga untuk melatih keorganisasian. “Jadi, disini agar tidak hanya pandai dalam bakat yang dimilikinya saja, melainkan dalam keorganisasiannya juga,” Ungkapnya dengan gitar di tangannya saat ditemui kru New News.
Pria yang memiliki kota asal Surabaya ini juga menambahkan bahwa pada awalnya memilih Qosfada karena apa yang ada di Qosfada itu orientasinya ke masyarakat. Setidaknya di setiap awal atau pada pembukaan acara, pasti diawali dengan pembacaan sholawat atau banjari, dan naghom. Yang tentunya membutuhkan MC juga. Semua itu pasti dibutuhkan dalam setiap acara. “Motivasi saya sich pengen jadi orang, dalam artian bisa berguna di masyarakat. Apa yang saya ikuti dan saya dapat di Qosfada itu pasti kanggo (berguna.red)” Pungkasnya dengan sedikit logat jawa sambil menghisap rokok yang sedari tadi hanya dipegangnya saja.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar