Rabu, 01 Juni 2016

Luar Negeri yang tertunda


Aku bukanlah siapa-siapa. Aku hanya seorang gadis kecil dengan usia yang begitu muda diantara teman sebayaku. Ara, seperti itulah orang memanggilku. Namun, siapalah aku bukan hal yang penting tuk diketahui. Karena yang ada dalam kisahku adalah kesalahan-kesalahan yang kerapkali kulakukan dengan berbagai macam bentk dan jenis baru dengan berbagai akibat baru pula.

Apalagi ini...
Semerta-merta aku mendengar kata itu...
Kata yang menurutku begitu ingin ku hindari..
"DR"

Bukanlah hal yang mudah, dan bukan hal yang menjadi impian. Namun, mengapa hal itu begitu saja hinggap di telingaku.

Di sisi lain, baru tadi pula aku mendengar suatu hal yang sempat menjadi impianku yang mungkin sampai sekarang hal itu masih tersimpan di dasar hati terdalam...

Karena Kakakku...
Bukanlah orang yang begitu peduli padaku, Bukan orang yang selalu memperhatikanku dan bahkan bukan orang yang begitu mementingkanku atau mengakui keberadaanku.

Namun tadi pagi,
Aku mendengar suatu hal yang pernah tersimpan dalam Awan Impianku,

"Kuliah ke Luar Negri"

Sepatah kata sederhana dengan ribuan penafsiran

Bahkan telah ada seorang pemuda desaku yang telah membuktikan hal itu. Yakni negara Thailand. Negara tempat kini dia bersarang menimba ilmu, Meski aku pun tak pernah tau kisah seperti apa yang sedang dia jalani...

Kata itu masih nyata terekam dalam memoriku, bahkan orang yang saat ini menjadi panutanku juga menyimpan hal itu. Seharusnya dia sudah pergi ke negara Thailand saat ini. Karena memang dia juga telah berhasil mendapatkan beasiswa itu. Namun karena itu lah, dia harus menunda impiannya..
        
         Sedangkan detik ini, di pergantian siang menuju malam ini, aku harus kembali mendengar pernyataan itu. Bahkan yang menyatakannya adalah teman, sekaligus ketua kelompok waktu diklat awal keorganisasian. Yang memang dia telah kuanggap bagian keluargaku, bagian dari kisah kehidupanku juga.

         “Semester enam mendatang, kamu harus siap. Karena aku akan pergi ke Jepang bersama Sang Koordinator kita. Aku akan mengambil beasiswa ke luar negeri. Kamu harus disini dan melanjutkan perjalananmu,” Sahutnya di salah satu angkringan yang letaknya tak begitu jauh dari kampusku.

         Serta merta fikiranku begitu kacau. Fikiran yang sebelumnya kurasa begitu pening, begitu “Sumpek” kalau orang Gresik mengatakan, namun malah harus mendengar pernyataan seperti itu.

         Hufftttt..... Memang bukan apa-apa. Sama sekali bukan masalah berat yang harus memenuhi fikiran yang telah kalut. Namun, mengapa harus bersamaan dengan pernyataan kakakku yang notabene tak pernah mementingkan adanya aku.

         Apa ini memang ada suatu pertanda atau lambang suatu hal yang akan menjadi perjalananku di suatu hari.
Entahlah...
Itu hanya bagian dari kekalutan fikiranku,
Itu hanya bagian dari pertentangan fikiranku yang tak begitu penting.
Biarkan waktu yang memberikan jawaban...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar