Minggu, 13 November 2016

Tak mampu Memaknai

Ketika malam mempertemukan dua insan...
Menyatukan keberadaannya dalam dimensi ruang dan waktu yang sama.
Kehadirannya kan membawa dunia baru dalam realita yang ada.
Malam itu mungkin memang tak pernah berakhir, dengan segala warna baru yang semakin terangkai.
Tak lagi mampu menerjemahkan arti hadirnya yang secara tiba-tiba,
Namun...
Waktu tak pernah membiarkannya untuk tetap terpaku dalam segudang tanda tanya
Dunia malam itu tak mampu mengusik,
Bahkan tak lagi mampu merangkai kata yang paling sederhana sekalipun tuk dipersembahkan pada sang Maha Kasih...
Ketika tiada batas lagi, antara keduanya...
Tiada kata benci, suka, senang, sayang, atau bahkan cinta sekalipun..
Tiada kata yang mampu diungkapkan
Semua itu lenyap bersamanya...
Tapi kisahnya tak tertulis sesederhana itu...
Hingga detik ini, belum pernah mampu menerjemahkan  rangkaian kata itu dalam makna paling singkat sekalipun.
Karena memang tak pernah tau apa alasan hadirnya, entah mempersembahkan luka, ataukah gelak tawa. Namun dua hal itu takkan hilang salah satunya karena naluri kehidupan tak pernah terdiri dari salah satu dari keduanya.
Semua benar-benar menjadi berbeda
Bahkan kisah yang dimiliki pun tak sama seperti sediakala.
Hingga pada akhirnya kisah ini menyatu. Namun kisah apakah yang akan ada itulah yang tak bisa diketahui.
Karena tiada cinta, kasih, ataupun sayang...
Tak pernah ada harapan
Karena harapan pun seakan telah sirna, bersama waktu yang kian berlalu.
Sebait puisi ini yang mungkin mewakili..
Kau seakan menjadi bayang-bayang semu, yang tak pernah mampu untuk ku genggam...
Kau pun bisa menjelma menjadi satu dari  jutaan bintang yang ada di langit yang tak pernah bisa kuraih...
Kau pun ada bersama waktu yang menjadi bagian hidupku...
Keberadaanmu melekat bersama waktu.
Masih disini bersama nada-nada rindu yang selalu tersimpan,
Hanya berharap bisa sampaiakan lewat angin yang berhembus..
Tak ingin ada luka yang tergoreskan, atau sayatan hati yang membekas..
Merasuki jiwa yang hampa akan ruang keabadian...
Tanpa irama...
Tanpa rasa
Penuh kesunyian tanpa batas,
Hingga titik akhir, puncak tertinggi akan kehadiran itu..
Tergenggam dalam jiwa yang sunyi,
Menyimpan kata yang tak lagi berarti

Mojokerto, 12 November 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar